Senin, 30 November 2009

MENGGAPAI CINTA ALLAH

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah, Yang Maha Agung dan Mulia menjumpaiku – yakni dalam tidurku – kemudian berfirman kepadaku, “Wahai Muhammad, katakanlah : “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang mengantarkan aku untuk mencintai-Mu.”Dalam amal ubudiyah, cinta (mahbbah) menempati derajat yang paling tinggi. Mencintai Allah dan rasul-Nya berarti melaksanakan seluruh amanat dan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, disertai luapan kalbu yang dipenuhi rasa cinta.

Pada mulanya, perjalanan cinta seorang hamba menapaki derajat mencintai Allah. Namun pada akhir perjalanan ruhaninya, sang hamba mendapatkan derajat wahana yang dicintaiNya. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah, Yang Maha Agung dan Mulia menjumpaiku – yakni dalam tidurku – kemudian berfirman kepadaku, “Wahai Muhammad, katakanlah : /Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang mengantarkan aku untuk mencintai-Mu.”/

Dalam buku “Mahabbatullah” (mencintai Allah), Imum Ibnu Qayyim menuturkan tahapan-tahapan menuju wahana cinta Allah. Bahwasanya cinta senantiasa berkaitan dcngan amal. Dan amal sangat tergantung pada keikhlasan kalbu, disanalah cinta Allah berlabuh. Itu karena Cinta Allah merupakan refleksi dari disiplin keimanan dan kecintaan yang terpuji, bukan kecintaan yagn tercela yang menjerumuskan kepada cinta selain Allah.

Tahapan-tahapan menuju wahana cinta kepada Allah adalah sebagai berikut:

1. Membaca al-Qur’an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Itu tidaklain adalah renungan seorang hamba Allah yang hafal danmampu menjelaskan al-Qur’an agar dipahami maksudnya sesuai dengan kehendak Allah swt. Al-Qur’an merupakan kemuliaan bagi manusia yang tidak bisa ditandingi dengan kemuliaan apapun. Ibnu Sholah mengatakan “Membaca Al-Qur’an merupakan kemuliaan, dengan kemuliaan itu Allah ingin memuliakan manusia di atas mahluk lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan semacam itu, malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia”.

2. Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah setalah melakukan ibadah-ibadah fardlu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah fardlu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya adalah: shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah,sedekah sunnah dan amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.

3. Melanggengkan dzikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melaui lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadsar kecintaan seseorang terhadap Allah tergantung kepada kadar dzikirnya kepadaNya. Dzikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :”Aku bersama hambaKu,s elama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berdzikir) kepadaKu”.

4. Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. Memprioritaskan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri. Artinya ia rela mencintai Allah meskipun beresiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah derajat para Nabi, diatas itu derajat para Rasul dan diatasnya lagi derajat para rasulul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah derajat Rasulullah Muhammad s.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Allah.

5. Kontinuitas musyahadah (menyaksikan) dan ma’rifat (mengenal) Allah s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Kesadaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman ma’rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa ma’rifat kepada asma-asma Allah, sifat-sifat dan af’al-af’al Allah dengan penyaksian dan kesadaran yang mendalam, niscaya akan dicintai Allah.

6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin akan mengantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan batin, akan mengantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.

7. Ketertundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang disebut dengan khusyu’. Hati yang khusyu’ tidak hanya dalam melakukan sholat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan mengantarkan kepada cinta Allah yang hakiki.

8. Menyendiri bersama Allah ketika Dia turun. Kapankan itu? Yaitu saat sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t. turun ke dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan sholat malam agar mendapatkan cinta Allah.

9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t.

10. Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi komunikai kalbu dan Al-Khaliq, Allah subhanahu wataala.

first love

Jika membicarakan tentang ‘cinta pertama’, memori saya langsung melayang ke masa SD saya. Waktu itu saya menyukai teman main saya, sebut saja namanya Andi. Saya mengagumi dia karena perhatiannya yang sungguh baik pada adik-adiknya. Ketika adiknya jatuh, dia cepat-cepat memberinya obat. Kadang dia menggendong adiknya supaya mau pulang untuk tidur. Saya begitu terkesima dengan semua tindakannya itu. Sampai-sampai saya terdiam memperhatikan kebaikan-kebaikannya pada adik-adiknya. Diam-diam saya menyukainya.

Saya adalah seorang anak tunggal yang tidak pernah merasakan perhatian seorang kakak dan menjadi begitu kagum ketika ada seorang anak laki-laki yang begitu memberikan perhatian pada keluarganya. Andi pun bersikap sangat baik pada saya, dia tahu saya sangat dilindungi oleh orang tua saya jadi dia pun membantu memperhatikan saya.

Suatu ketika di masa SMP, saya memutuskan untuk memberi tahu dia tentang perasaan saya. Saya katakan saya menyukainya dan kagum padanya karena kebaikan dan perhatiannya pada keluarganya. Saya katakan dia telah menginspirasi saya tentang kasih seorang kakak pada keluarganya. Tak disangka gayung pun bersambut. Andi membalas perasaan saya dan kami jadian selama setahun lebih. Waku terus berlalu. Kami berdua bertambah besar. Dia pindah rumah dan mulai memasuki SMA. Hubungan kami semakin menjauh. Suatu saat dia mengatakan dia menyukai teman sekolahnya yaitu seorang gadis yang tergolong cukup cantik di sekolahnya.

Akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami.Setelah putus saya mengalami patah hati yang bisa dibilang cukup dalam. Berhari-hari saya mengurung diri dan menangis. Dan patah hati terus membekas sampai saya lulus SMA. Bertahun-tahun saya menyalahkan diri saya sendiri, saya menyalahkan diri saya yang kurang cantik, yang berkulit sawo matang bukannya berkulit putih bersih, saya menyalahkan tingkah laku saya yang tidak anggun, dan masih banyak lagi. Semua itu membuat saya minder jika saya mulai menyukai seorang teman laki-laki. Saya menganggap pasti mereka pun akan meninggalkan saya karena semua kekurangan saya.Kegagalan cinta pertama saya membuat saya bisa menghargai hubungan asmara saya yang berikutnya.

Mungkin tanpa pengalaman cinta pertama saya yang bertepuk sebelah tangan, saya tidak akan bisa menghargai dan mensyukuri perhatian kekasih saya selanjutnya. Seolah kegagalan cinta pertama itu mempersiapkan saya untuk hubungan asmara saya yang berikutnya.Terkadang jika kita mau mengamati peristiwa-peristiwa kegagalan yang terjadi dalam hidup kita, akan terlihat bahwa kegagalan-kegagalan itu ternyata mempersiapkan kita untuk mengahadapi peristiwa lainnya yang jauh lebih besar. Seolah pengalaman-pengalaman masa lalu seperti sebuah sekolah dan pembelajaran untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup sekarang dan di masa depan.

Walaupun tidak bisa dipungkiri, pada saat kegagalan-kegagalan itu terjadi, di hati terasa seperti teriris sebuah pisau yang sangat tajam.Seorang teman saya mengatakan tanpa kebangkrutan perusahaan suaminya, dia tidak akan pernah mandiri dan mengerti bagaimana mengelola sebuah perusahaan. Di saat kebangkrutan perusahaannya, suaminya menjadi depresi berat dan dia yang sebelumnya tidak pernah diijinkan bekerja oleh suaminya harus mengurus semua urusan perusahaannya itu. Dia berkata apapun akan bisa dia hadapi karena dia pernah sampai di titik terendah dalam hidupnya. Dan saat ini ia sedang merintis kembali perusahaannya bersama anak-anaknya dengan mimpi yang jauh lebih besar yang sebelumnya tidak berani ia pikirkan.

Dia bergurau, “Tanpa kebangkrutan ini, saya hanya akan terus menjadi seorang ibu rumah tangga yang mahir memilih apel di supermarket”.Sebuah pengalaman kegagalan di masa lalu seperti sebuah sekolah dan pembelajaran untuk membuka tahapan berikutnya dalam kehidupan kita. Setiap kegagalan harus dilewati sebagai anak-anak tangga menuju langkah lebih tinggi. Dan karena itulah kisah-kisah kegagalan sangat perlu untuk diceritakan sebagai api inspirasi bagi orang-orang lainnya yang sedang menghadapi kegagalan dalam hidupnya.

Karena biar bagaimana pun, pada saat kegagalan terjadi, kita membutuhkan pemantik api semangat sebagai pengingat kita untuk bangkit kembali. Dan kita membutuhkan kisah-kisah dan dukungan yang bisa menginspirasi kita untuk melewatinya. Jadi… jika Anda sedang gagal, ayo bangkit lagi! Dan suatu saat Anda juga ingatkan saya untuk terus bangkit lagi!